Cerita
ini tentu saja bermula dari impian kami (saya, Putri, Ria, dan Rini) mendaki
gunung bersama. Kami yang belum punya pengalaman banyak naik gunung, setelah
mencari-cari inpoh dari mbah gugel, memutuskan untuk mendaki gunung Papandayan
pada tanggal *saya lupa*. Setelah mencari-cari orang yang mau dibikin repot
#eeh, anggota pendakian kami akhirnya menjadi 7 orang. Mau tau siapa aja
orang-orang kece tersebut? Oke sini saya kasih tau. Ada saya, Ria, Putri,
Madinah, Nuel, Pur, dan kak Nanang. Sayang sekali Rini gak jadi ikut karena ada
suatu alasan yang memang lebih penting. Tapi kamu tetep kece kok Rin :D
Kami
sebelumnya berkumpul di kontrakan Ria (minus Nuel dan Pur yang langsung nunggu
di Terminal Kp.Rambutan). Dari awal ngumpul, udah keliatan rempongnya..
hahaha.. Putri tiba-tiba ragu untuk ikut didetik-detik mau berangkat.
Bayangkanlah saya sama Ria mati-matian meyakinkan dia untuk tetap ikut
>,< Akhirnya dia jadi juga. Kehebohan Putri ternyata belum berhenti
saudara-saudara. Bayangkanlah lagi kalau dia bawa beras sekarung.. Hampir
menuhin carriernya.. huahahaha,,
pantes aja berat banget -.- Mungkin si Putri yang baik hati pengen ngasih makan
ayam ayam disana :p *emang ada ayam?. Setelah kerempongan tersebut sudah mulai
agak santai, akhirnya kami berangkat menuju terminal Kp.Rambutan. Sesampainya
disana, kita ketemuan sama Nuel dan Pur. Rame bangetlah itu terminal Kp.
Rambutan. Isinya orang-orang mau naik gunung semua kayaknya :D Kami juga sempat
kenalan sama rombongan lain yang mau ke Papandayan.
Setelah berempong-rempong
(lagi) memilih bis apa yang kita naikin dan menghadapi perjalanan yang
menantang maut (ugal-ugalannya gak nahan banget), akhirnya pada waktu dini hari
sampai juga kita di terminal Guntur. Sesampainya disana, kita beristirahat di
masjid menunggu adzan subuh. Setelah solat subuh, saya dan Madinah belanja ke
pasar terdekat. Murah-murah banget loh harga sayuran disana. Bikin naluri
kewanitaan saya keluar :p Setelah belanja, packing
ulang bawaan, lalu sarapan, dan kemudian siap naik elf menuju pertigaan
Cikajang. Sesampainya di pertigaan kami siap nyerter pick up untuk menuju pos
pendaftaran. Saat mau nyewa pick up, kami ditakdirkan bertemu dengan 3 orang
yang akhirnya terus setia bersama kami sampai pendakian berakhir. Ada Yosua (si
anak smp yang imut imut cool), Lingga (si anak sma yang macho), dan eng ing eng
*saya lupa* (pokoknya anak kuliahan yang gemuk menggemaskan).
Sesampainya
disana kami langsung memulai pendakian dengan berdo’a. Kami pun
memulai melakukan perjalanan dijalanan berbatu yang dikelilingi
tebing-tebing cadas gunung Papandayan yang terlihat gersang namun unik dan
menakjubkan. Kadang terlihat asap-asap keluar dari batu-batuan di kawah yang
mengandung belerang. Perjalanan masih
terus berlanjut, tapi kami menikmati keindahan salah satu landscape
tanah Priangan ciptaan Allah yang menakjubkan, betul-betul indah. Saat itu kami
cukup beruntung karena cuaca sangat bersahabat dan cerah ceria (baca : panas
menyengat).
Jalur berbatu tetap menjadi dominasi di awal perjalanan kami. Jalur
yang harus kami lalui cukup bervariasi, dari jalan berbatu, melipir sisi sebuah
tebing cadas, jalan tanah setapak bebatuan yang semakin lama semakin menanjak.
Paaanjaaaang, dan laaaamaaaa, itulah ….. *isi sendiri :p Selama perjalanan kami
bertemu dengan rombongan tunanetra yang juga sedang berusaha menuju puncak
Papandayan. Masya Allah, ngeliat semangat mereka, bikin saya jadi malu.
Berhubung udah ngerasa malu, jadi saya harus terus semangat melangkahkan kaki,
kalau nyerah ya jadi malu-maluin >,<
Sekitar
dua jam akhirnya kita sampai di Hutan Mati yang artinya sebentar lagi akan
sampai di Pondok Salada yang jadi tempat berkemah kami. Di Hutan Mati, kami
istirahat sebentar. Saat istirahat saya ngecek HP yang ternyata ada sinyal.
Saat itu saya langsung sms mamah seperti ini : “mah, aku udah di gunung nih,
lagi nanjak. Capeknyaaa ><”, kemudian dibalas oleh mamah saya pakai
jargon yang sudah saya hapal, “hati-hati, waspada, dan berdo’a ya kak. Jangan
tinggi-tinggi naiknya”. Melihat balasan itu saya ketawa. Namanya juga naik
gunung, masa disuruh jangan tinggi-tinggi -.-. Akhirnya saya balas aja, “iya
mah, enggak kok, cuma sampai puncak aja, do’ain yaa”. Setelah itu sinyal
hilang.. hahaha..
Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Pondok Saladah yang
sudah ramai oleh para pendaki. Disanalah kami berkemah menikmati malam yang
dingin. Kami solat zuhur+ashar dan istirahat sebentar sambil ngemil-ngemil.
Pada pukul 2 siang, kami memutuskan menuju puncak Papandayan. Kak Nanang dan
tiga orang tim dadakan lainnya tidak ikut karnamereka memutuskan untuk tidur
dan makan. Jauh-jauh ke gunung cuma pengen tidur sama makan. Memang luar biasa
sekali kan para pelaku pencinta alam? :p Tanpa mereka, berangkatlah kami ber6
menuju puncak, gemilang cahaya, bersatu janji, kawan sejati, menuju puncak,
impian dihati, …….. *maap keterusan nyanyi*.
Kami
terus berjalan menuju Tegal Alun, surganya bunga edelweiss. Setelah melewati
perjalanan yang terus menanjak dan bahkan terjal dalam waktu kurang lebih satu jam,
akhirnya kami sampai di tempat dimana terhampar luas bunga edelweiss yang
dikelilingi pohon-pohon cantigi, sungguh masya Allah indahnya. Saat itu saya
bertanya-tanya, apa kepuasan yang dirasakan oleh kaum Tunanetra saat mendaki
gunung. Kami mampu menawar semua kelelahan kami dengan pemandangan indah yang
menakjubkan. Kepuasan yang diiringi rasa syukur karena Allah menciptakan bumi
ini dengan begitu indahnya. Sedangkan mereka oleh apa? Apa mereka juga mampu
merasakan apa yang kami rasakan. Sayangnya pertanyaan itu tidak berani saya
tanyakan langsung karna alasan menghargai perasaan mereka. Setelah beristirahat
sebentar sambil menikmati keindahan dan ketenangan Padang Edelweiss, kami
lanjutkan perjalanan menuju Puncak Papandayan.
Perjalanan
menuju puncak Papandayan membutuhkan perdebatan yang cukup melelahkan. Saat itu
waktu sudah menunjukkan pukul setengah 4 sore. Cuaca juga sepertinya tidak
mendukung. Kami yang agak kebingungan mencari arah akhirnya menemukan jalan
menuju Puncak Papandayan. Saat itu untuk menuju puncak Papandayan dari Tegal Alun
harus menyebrangi sungai kecil. Saat itu saya dan Putri sudah berada disebrang
dengan melewati jalur yang tidak semestinya. Kepeleset dikit aja udah
innalillahi >,<. Hingga akhirnya saya menanyakan apakah perjalanan ini
dilanjutkan atau tidak. Ria dan Madinah memutuskan untuk menyerahkan keputusan
kepada saya dan Putri yang sudah ada disebrang. Namun mereka berharap agar kita
kembali saja ke Pondok Salada. Pur pun menjawab terserah. Selanjutnya aya
menanyakan ini kepada Putri, kemudian Putri hanya menjawab, “lanjut Tiwi, ini
mimpi kita”. Mendengar itu saya cuma melongok bingung sambil pengen ketawa.
Mimpi sih mimpi Put, tapi kalau membahayakan diri mah laen cerita.. haha..
Saya
yang masih dilanda galau akhirnya menanyakan kepada Nuel. Saat itu Nuel yang paling
saya andelin *cieee Nuel* *hueeks*. Alhamdulillah, Nuel menjawab apa yang saya
harapkan dan mampu mengurangi kecemasan saya kalau tetap memutuskan untuk
lanjut. Dia bilang, “kita coba aja dulu kak, kalau gak kita coba mana tau”.
Oke, mendengar itu akhirnya saya memutuskan *berasa orang penting*, bahwa
perjalanan kami dilanjutkan sampai pukul setengah 5 sore, sampai jam tersebut
kita gak nyampe nyampe puncak, kita harus turun. Akhirnya semua menyetujui.
Lanjutlah kita mendaki menuju puncak. Ternyata dalam waktu gak sampai setengah
jam, kita berhasil sampai puncak Papandayan. Huwoooo.. sungguh terharu dan
bahagianya kami sampai puncak, mengingat semua kerempongan yang kami hadapi.
Hahaha.. 15 menit beristirahat+poto poto, kami turun kembali menuju Pondok
Salada. Saat turun, saya yang berada didepan melalui jalur yang salah. Jalur
yang agak agak seram karena agak liar. Tapi saya bersyukur salah jalan, jadi
ngerasain jalur liar :p
Esok
paginya, kami turun dari Pondok Salada. Saat turun ketangguhan kami diuji lagi.
Kami salah jalur lagi, tapi kali ini bukan karna saya :D. Kami yang seharusnya
tinggal turun dengan damai, namun kami harus turun pake webbing sambil meluncur
di pasir bebatuan yang curam -.- hahaha.. Kayaknya belum pernah baca catatan
perjalanan pendaki ke gunung Papandayan pake webbing :p Keren kan? :D Puncak
Papandayan ini puncak pertama saya. Dan mendaki gunung tersebut bersama tim
tersebut, memberikan pengalaman yang amat sangat berharga.. Terima kasih
semuaaaa J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar