Kamis, 22 Mei 2014

Akhirnyaaaa... Papandayan.....

Penulis: Tiwi

Cerita ini tentu saja bermula dari impian kami (saya, Putri, Ria, dan Rini) mendaki gunung bersama. Kami yang belum punya pengalaman banyak naik gunung, setelah mencari-cari inpoh dari mbah gugel, memutuskan untuk mendaki gunung Papandayan pada tanggal *saya lupa*. Setelah mencari-cari orang yang mau dibikin repot #eeh, anggota pendakian kami akhirnya menjadi 7 orang. Mau tau siapa aja orang-orang kece tersebut? Oke sini saya kasih tau. Ada saya, Ria, Putri, Madinah, Nuel, Pur, dan kak Nanang. Sayang sekali Rini gak jadi ikut karena ada suatu alasan yang memang lebih penting. Tapi kamu tetep kece kok Rin :D


Kami sebelumnya berkumpul di kontrakan Ria (minus Nuel dan Pur yang langsung nunggu di Terminal Kp.Rambutan). Dari awal ngumpul, udah keliatan rempongnya.. hahaha.. Putri tiba-tiba ragu untuk ikut didetik-detik mau berangkat. Bayangkanlah saya sama Ria mati-matian meyakinkan dia untuk tetap ikut >,< Akhirnya dia jadi juga. Kehebohan Putri ternyata belum berhenti saudara-saudara. Bayangkanlah lagi kalau dia bawa beras sekarung.. Hampir menuhin carriernya.. huahahaha,, pantes aja berat banget -.- Mungkin si Putri yang baik hati pengen ngasih makan ayam ayam disana :p *emang ada ayam?. Setelah kerempongan tersebut sudah mulai agak santai, akhirnya kami berangkat menuju terminal Kp.Rambutan. Sesampainya disana, kita ketemuan sama Nuel dan Pur. Rame bangetlah itu terminal Kp. Rambutan. Isinya orang-orang mau naik gunung semua kayaknya :D Kami juga sempat kenalan sama rombongan lain yang mau ke Papandayan.

Setelah berempong-rempong (lagi) memilih bis apa yang kita naikin dan menghadapi perjalanan yang menantang maut (ugal-ugalannya gak nahan banget), akhirnya pada waktu dini hari sampai juga kita di terminal Guntur. Sesampainya disana, kita beristirahat di masjid menunggu adzan subuh. Setelah solat subuh, saya dan Madinah belanja ke pasar terdekat. Murah-murah banget loh harga sayuran disana. Bikin naluri kewanitaan saya keluar :p Setelah belanja, packing ulang bawaan, lalu sarapan, dan kemudian siap naik elf menuju pertigaan Cikajang. Sesampainya di pertigaan kami siap nyerter pick up untuk menuju pos pendaftaran. Saat mau nyewa pick up, kami ditakdirkan bertemu dengan 3 orang yang akhirnya terus setia bersama kami sampai pendakian berakhir. Ada Yosua (si anak smp yang imut imut cool), Lingga (si anak sma yang macho), dan eng ing eng *saya lupa* (pokoknya anak kuliahan yang gemuk menggemaskan).

Sesampainya disana kami langsung memulai pendakian dengan berdo’a. Kami pun memulai melakukan perjalanan dijalanan berbatu yang dikelilingi tebing-tebing cadas gunung Papandayan yang terlihat gersang namun unik dan menakjubkan. Kadang terlihat asap-asap keluar dari batu-batuan di kawah yang mengandung belerang.  Perjalanan masih terus berlanjut, tapi kami menikmati keindahan salah satu landscape tanah Priangan ciptaan Allah yang menakjubkan, betul-betul indah. Saat itu kami cukup beruntung karena cuaca sangat bersahabat dan cerah ceria (baca : panas menyengat). 

Jalur berbatu tetap menjadi dominasi di awal perjalanan kami. Jalur yang harus kami lalui cukup bervariasi, dari jalan berbatu, melipir sisi sebuah tebing cadas, jalan tanah setapak bebatuan yang semakin lama semakin menanjak. Paaanjaaaang, dan laaaamaaaa, itulah ….. *isi sendiri :p Selama perjalanan kami bertemu dengan rombongan tunanetra yang juga sedang berusaha menuju puncak Papandayan. Masya Allah, ngeliat semangat mereka, bikin saya jadi malu. Berhubung udah ngerasa malu, jadi saya harus terus semangat melangkahkan kaki, kalau nyerah ya jadi malu-maluin >,<

Sekitar dua jam akhirnya kita sampai di Hutan Mati yang artinya sebentar lagi akan sampai di Pondok Salada yang jadi tempat berkemah kami. Di Hutan Mati, kami istirahat sebentar. Saat istirahat saya ngecek HP yang ternyata ada sinyal. Saat itu saya langsung sms mamah seperti ini : “mah, aku udah di gunung nih, lagi nanjak. Capeknyaaa ><”, kemudian dibalas oleh mamah saya pakai jargon yang sudah saya hapal, “hati-hati, waspada, dan berdo’a ya kak. Jangan tinggi-tinggi naiknya”. Melihat balasan itu saya ketawa. Namanya juga naik gunung, masa disuruh jangan tinggi-tinggi -.-. Akhirnya saya balas aja, “iya mah, enggak kok, cuma sampai puncak aja, do’ain yaa”. Setelah itu sinyal hilang.. hahaha.. 

Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Pondok Saladah yang sudah ramai oleh para pendaki. Disanalah kami berkemah menikmati malam yang dingin. Kami solat zuhur+ashar dan istirahat sebentar sambil ngemil-ngemil. Pada pukul 2 siang, kami memutuskan menuju puncak Papandayan. Kak Nanang dan tiga orang tim dadakan lainnya tidak ikut karnamereka memutuskan untuk tidur dan makan. Jauh-jauh ke gunung cuma pengen tidur sama makan. Memang luar biasa sekali kan para pelaku pencinta alam? :p Tanpa mereka, berangkatlah kami ber6 menuju puncak, gemilang cahaya, bersatu janji, kawan sejati, menuju puncak, impian dihati, …….. *maap keterusan nyanyi*.

Kami terus berjalan menuju Tegal Alun, surganya bunga edelweiss. Setelah melewati perjalanan yang terus menanjak dan bahkan terjal dalam waktu kurang lebih satu jam, akhirnya kami sampai di tempat dimana terhampar luas bunga edelweiss yang dikelilingi pohon-pohon cantigi, sungguh masya Allah indahnya. Saat itu saya bertanya-tanya, apa kepuasan yang dirasakan oleh kaum Tunanetra saat mendaki gunung. Kami mampu menawar semua kelelahan kami dengan pemandangan indah yang menakjubkan. Kepuasan yang diiringi rasa syukur karena Allah menciptakan bumi ini dengan begitu indahnya. Sedangkan mereka oleh apa? Apa mereka juga mampu merasakan apa yang kami rasakan. Sayangnya pertanyaan itu tidak berani saya tanyakan langsung karna alasan menghargai perasaan mereka. Setelah beristirahat sebentar sambil menikmati keindahan dan ketenangan Padang Edelweiss, kami lanjutkan perjalanan menuju Puncak Papandayan.

Perjalanan menuju puncak Papandayan membutuhkan perdebatan yang cukup melelahkan. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul setengah 4 sore. Cuaca juga sepertinya tidak mendukung. Kami yang agak kebingungan mencari arah akhirnya menemukan jalan menuju Puncak Papandayan. Saat itu untuk menuju puncak Papandayan dari Tegal Alun harus menyebrangi sungai kecil. Saat itu saya dan Putri sudah berada disebrang dengan melewati jalur yang tidak semestinya. Kepeleset dikit aja udah innalillahi >,<. Hingga akhirnya saya menanyakan apakah perjalanan ini dilanjutkan atau tidak. Ria dan Madinah memutuskan untuk menyerahkan keputusan kepada saya dan Putri yang sudah ada disebrang. Namun mereka berharap agar kita kembali saja ke Pondok Salada. Pur pun menjawab terserah. Selanjutnya aya menanyakan ini kepada Putri, kemudian Putri hanya menjawab, “lanjut Tiwi, ini mimpi kita”. Mendengar itu saya cuma melongok bingung sambil pengen ketawa. Mimpi sih mimpi Put, tapi kalau membahayakan diri mah laen cerita.. haha.. 

Saya yang masih dilanda galau akhirnya menanyakan kepada Nuel. Saat itu Nuel yang paling saya andelin *cieee Nuel* *hueeks*. Alhamdulillah, Nuel menjawab apa yang saya harapkan dan mampu mengurangi kecemasan saya kalau tetap memutuskan untuk lanjut. Dia bilang, “kita coba aja dulu kak, kalau gak kita coba mana tau”. Oke, mendengar itu akhirnya saya memutuskan *berasa orang penting*, bahwa perjalanan kami dilanjutkan sampai pukul setengah 5 sore, sampai jam tersebut kita gak nyampe nyampe puncak, kita harus turun. Akhirnya semua menyetujui. Lanjutlah kita mendaki menuju puncak. Ternyata dalam waktu gak sampai setengah jam, kita berhasil sampai puncak Papandayan. Huwoooo.. sungguh terharu dan bahagianya kami sampai puncak, mengingat semua kerempongan yang kami hadapi. Hahaha.. 15 menit beristirahat+poto poto, kami turun kembali menuju Pondok Salada. Saat turun, saya yang berada didepan melalui jalur yang salah. Jalur yang agak agak seram karena agak liar. Tapi saya bersyukur salah jalan, jadi ngerasain jalur liar :p

Esok paginya, kami turun dari Pondok Salada. Saat turun ketangguhan kami diuji lagi. Kami salah jalur lagi, tapi kali ini bukan karna saya :D. Kami yang seharusnya tinggal turun dengan damai, namun kami harus turun pake webbing sambil meluncur di pasir bebatuan yang curam -.- hahaha.. Kayaknya belum pernah baca catatan perjalanan pendaki ke gunung Papandayan pake webbing :p Keren kan? :D Puncak Papandayan ini puncak pertama saya. Dan mendaki gunung tersebut bersama tim tersebut, memberikan pengalaman yang amat sangat berharga.. Terima kasih semuaaaa J

Tidak ada komentar: