Kamis, 22 Mei 2014

Story of ME

Penulis: Purwanto

Kumengawali semuanya dengan penuh bayangan. Awalnya kuberhayal untuk mendaki gunung selesainya setelah aku menonton film 5cm bersama temanku. Pertanyaan demi pertanyaan terus bergelut dalam hatiku dan pikiranku. Apakah aku bisa mendaki gunung? Dengan siapa aku akan mendaki gunung? Gunung apa yang pertama kali akan aku daki? Pertanya itu menghilang setelah teman aku mengajak aku untuk bergabung dengan teman yang lain untuk mendaki gunung papandayan. Aku pun mempersiapakan segala sesuatu untuk semuanya. Persiapan itu mulai dari fisik yang harus kuat dan perlengkapan yang diharuskan harus lengkap karena aku baru pemula. Selama seminggu aku mencari perlengkapan yang harus kubawa nanti hingga akhirnya lengkap sudah meski beberapa proses yang kurasakan semua telah menyedot staminaku hingga lelah.


Perlengkapan dan fisikku sudah terpenuhi begitu pun tugas kelompok yang diberikan ketua. Tinggal aku mengharuskan izin ke orang tua asuhku sebagai orang tuaku. Yang pada awalnya aku sangat takut untuk jujur padanya. Takutnya aku bakalan tidak diizinkan padahal aku sendiri sangat mengharapkan semua itu terjadi. Lamanya aku berpikir dan menggebu-gebu juga emosi ini untuk berkata sejujur-jujur mungkin. Dan ternyata setelah aku jujur kejadian itu pun aku sama sekali tidak mengingikan. Ibu asuhku sangat khawatir setelah mendengar penjelasan aku akan mendaki gunung papandayan ditambah ibu asuhku pernah mendapat cerita bahwa mendaki gunung itu banyak sekali resikonya. 

Aku pun semakin resah, seresah-resah mungkin. Beradu emosi dan pikiran seakan bersalah untuk berkata jujur padanya. Lamanya aku tidak menegur membuat aku seakan membisu. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk berkata. “Bunda aku sudah menggangapmu sebagai orang tua kandungku, jika aku berbohong diri maka sama saja aku membohongi ibu kandungku yang berada disana. Jadi kupercayakan padamu, Bunda! Bahwa kamulah yang akan membawa aku keselamatan dalam perjalananku nanti dan kumohon untuk restumu agar aku untuk berangkat lusa nanti. Seraya dari itu semua akhirnya aku pun disetujui olehnya. Dengan harapan aku harus kembali dalam keadaan sehat wal afiat.

Hari demi hari terus berganti hingga saatnya aku harus mempersiapkan semua keperluan yang harus kubawa nanti malam. Pagi itu aku searching bagaimana mengatur barang yang cocok ke dalam cariel dan sedikit juga mencari tentang gunung papandayan. Tapi untungnya ada ka wisnu yang praktikum di tempat saya ditambah dia berpengalaman soal ini. Aku pun memutuskan untuk meminta dia agar mengajariku mengatur barang-barang dalam cariel. Selang beberapa menit lamanya aku dan ka wisnu mengatur barang-barang ke dalam cariel tanpa terasa semua tersusun apik nan rapih. 

Tanpa disadari malam pun akhirnya datang juga. Dan tandanya aku harus bergegas keterminal Kp. Rambutan dengan dianter bang Rohim. Sesampainya aku di terminal Kp. Rambutan aku mencari rombonganku tapi selang beberapa kali kumencari tak seorang pun yang menegur balik ke aku. Hingga kumemutuskan untuk duduk di depan teras alfamart. Tanpa terasa lamanya kumenunggu teman-teman yang lain. Sekiranya sudah hampir satu jam kumenunggu baru deh satu persatu berdatangan kearahku. Tanpa banyak cincau, kami pun sudah naik bus yang menuju garut dengan senangnya baru pertama kali malam-malam begini aku melakukan perjalanan. Paling juga kalau sudah pulang ke rumah pasti sampainya malam. 

Bus pun berjalan dengan cepatnya membuat hatiku terasa kaget dibuatnya. Melaju cepat sepertinya si sopir lupa kalau ada penumpang di dalamnya yang tertidur lelap. Kami pun terbangun dari tidur setelah bus melaju begitu cepat dengan tambahan belokan yang begitu tajam dan juga suara sepion yang lumayan kencang. "Semoga tidak apa-apa", doa diriku dalam hati dan pasti penumpang dalam bus berkata seperti itu. Bus berjalan terus berjalan hingga akhirnya sampai juga tujuan yang direncanakan sejak awal. Kami pun mampir ke mushola untuk sejenak istirahat sebelum sang fajar mengharuskan kami untuk beraktivitas. 

Beberapa jam kemudian adzan subuh pun berkomandang hingga aku harus membersihkan diri sejenak. Selesai semuanya kami pun naik mobil ELF untuk menuju ke mobil Jep yang membawa kami ketempat mulainya kami mendaki. Disepanjang jalan kami pun bertemu dengan tiga orang yang masing-masing keduanya berusia orang dewasa dan satunya masih remaja. Perasaanku pun semakin sumringah sesaat mengetahui mencari teman dan sahabat itu mudah. Hingga total dirombongan aku berjumlah 10 orang. Yang awalnya kumengira mencari teman itu sulit sekali tapi setelah kumengenal temanku yang satu rombongan denganku begitu terasa cepat sekali mencari teman. Aku merasa beryukur dan senang bisa kenal dengannya. Semoga dilain waktu kami pun bisa diperkenankan untuk melakukan perjalanan yang indah ini. Kami pun akhirnya sampai, di tempat mulainya kami melakukan daki.

Perasaan aku semakin menjadi-jadi. Dengan pertanya-pertanyaan yang begitu aneh jika direncana dua kali. “Apa benar aku akan mendaki? Apa ini mimpi?” dan ternyata semua beneran terjadi sesaat aku melangkahkan kaki di atas batu yang begitu besar dan bergejolak. Aku melihat paronama-paronama yang indah diatas awan dan juga segerombolan mahluk kecil berguyuban kearah atas yang telah dicita-citakan bersama kelompoknya. Aku pun melihat air yang begitu jernih sambil berkejar-kejaran dengan ombak. Seraya aku pun tidak mau kalah dengan orang lain yang sudah dulu paling depan. 

Aku pun melewati belerang yang asapnya bisa menusuk napasku tapi dari semua itu ternyata belerang itu indah sekali bila kita terus memandanginya. Kuterus melangkahkan kaki menuju tempat yang bisa mengistirahatkan raga ini. Ditemani matahari yang terus memanjarkan sinarnya yang begitu panas hingga tenggorokanku terasa kering nan haus. Aku pun sejenak berhenti untuk minum. Selang aku berhenti, aku dikejutkan dengan berbagai hal, mulai dari orang-orang yang berkebutuhan khusus ikut mendaki gunung sampai orang yang tidak saling kenal saling membantu satu sama lain. Hati ini seraya tergampar dengan sendirinya setelah melihat kejadian semua itu. Aku pun bertekad untuk meneruskan perjalan dengan penuh harapan semoga bisa bermanfaat selang diperjalan untuk orang lain.

Lamanya kami melakukan perjalanan akhirnya sampai juga ditempat peristirahatan yang begitu sejuk. Dengan penuh banyak pepohonan dan juga segerombolan rumput yang berwarna hijau ke hijauan. Kami pun bergegas untuk membangun sebuah tenda. Saling berkerja sama membangun tenda dan berbagi tugas. Pekerjaan pun selesai dengan cepatnya kami bisa istirahat sejenak sebelum mendaki kepuncaknya.

Sebelumnya kami mendapat isu untuk tidak boleh melanjutkan pendakian sampai puncak sebab ada tanah longsor. Semakin penasaran, kami pun memutuskan untuk melihatnya. Cuaca yang begitu buruk tidak membuat kami untuk berhenti melangkah. Dengan sigapnya kami terus melangkah dan terkadang juga berlari-lari. Tanpa terasa puncak pun terlihat dan kami pun tidak juga melihat tanah yang longsor. Kami pun semakin penasaran dibuatnya. Entah beneran longsor atau hanya sekedar dibuat-buat longsor. Dan ternyata semua itu tidak benar setelah kami melakukan perjalan yang begitu jauh dari tenda kami. 

Longsor tanah itu tidak kami temukan hanya cuaca mendung saja yang kami temukan. Dengan harapan semoga tidak turun hujan. Kami pun terus melewati hutan belantara, pohon yang begitu besar dan juga rumput liar yang begitu tinggi. Meski batang-batang pohon besar sekalipun yang menghalangi jalan tak membuat kami berhenti untuk melewatinya. Akhirnya kami pun melihat puncak sehingga kami semakin bersemangat untuk melanjutkan perjalanan ini. Tanpa terasa akhirnya puncak itu pun diraih dengan pimpinan terdepan adalah seorang wanita yang hebat.

Kami pun istirahat sejenak di atas puncak itu, sambil menikmati pemandangan yang indah juga menyantap coklat dan gula merah yang dibawa sebelumnya. Aku pun tak lupa mengeluarkan pesan tulisan dari adik-adikku yang sebelum keberangkatanku menuju sini berpesan kepada adik-adikku untuk menuliskan cita-citanya. Semakin menjadi harapanku telah terwujud dengan berbagai cerita kesemua teman kelompokku. Dan juga mengabadikan moment-moment itu dengan berfoto-foto. Kami pun bertemu dengan kelompok lain yang juga sampai puncak. Saling berkenalan dan juga foto bareng. Lagi-lagi ku di ingatkan bahwa mencari teman itu gampang sekali seraya membangun tali silatuhrahmi yang baru nan seharunya tetap melekat. 

Tanpa lama-lama kami pun bergegas turun sebelum hujan melanda bumi ini. Selama diperjalan turun kami pun tak lupa untuk membawa kayu bakar untuk persiapan malam nanti. Akhirnya kami pun sampai juga di tenda. Tak lupa kami juga mempersiapkan kompor untuk keperluan masak yang nantinya bisa disantap. Aku pun semakin menjadi dibuatnya, berharap ini terus terjadi dalam keadaan apa pun. Sejujurnya dalam hidup ini tak ada yang membuat aku untuk melakukan hal seperti ini. Hingga aku merasa senang meski ada sedikit gejolak yang pastinya karena baru awal sekali. Makan malam pun sudah siap dan kami pun tak sabar untuk menyantapnya. Dengan lahap dalam sekecap makan malam pun telah selesai mungkin karena melakukan perjalan jauh tadi. Kami pun memutuskan istirahat lebih awal sebab perjalan besok akan memakan staminan yang begitu melelahkan.

Hari esok pun telah berdatangan, menandakan kami pun harus meninggalkan tempat ini. Tanpa kusadari hati ini seraya berat untuk meninggalkan tempat ini. Tempat yang jika dihuni dengan orang-orang yang tak bertanggung jawab pasti akan membuat elemen-elemen di dalam gunung papandayan seakan pasti akan mati dan menjadi tidak seimbang. Aku pun berdo’a, semoga gunung ini terus terjaga dan terawat. Persiapan keberangkatan menuju Jakarta pun telah siap. Sampai pada awalnya kami berkumpul sejenak untuk berd’a. Lalu dilanjutkan untuk melangkah menuju tempat awalnya kami memulai pendakian. Sesampainya ditempat itu kami pun melanjutkan naik ELF dan juga berpamitan pada tiga orang yang selama perjalanan menemani kami semua. Kami pun mulai berpisah sesaat sudah menaiki mobil ELF tapi sebelumnya kami istirahat sejenak dan beberbesih diri di sebuah masjid.


Selang beberapa semua sudah telah diselesaikan kami pun meneruskan perjalanan. Hingga tanpa terasa ELF pun membawa kami dengan selamat sampai di terminal Garut. Kami pun meneruskan perjalanan itu dengan menaiki bus arah Jakarta. Dengan cepatnya kami pun menaikinya.  Selang diperjalanan awan pun tanpa sadar sudah kembali gelap. Dan juga ternyata tanpa sadar kami pun harus berpisah satu sama lain. Ketika di terminal Kp. Rambutan aku pun berpamitan kepada teman-temanku. Mengatakan jika aku ada salah selama perjalanan maafkan aku? Baik itu kecil atau pun besar dan juga baik itu disengaja atau pun tidak. Yang terpenting adalah terima kasih atas inspirasinya membawa aku melihat pemandangan yang begitu indah diluar dugaanku semoga dilain waktu kita dapat melakukannya bersama, kapan pun itu. Sekali lagi terima kasih atas segala-galanya. Hanya sampai sini ceritaku dan dilanjutkan diepisode berikutnya....tunggu saja ;)

Tidak ada komentar: