Penulis: Purwanto
Kumengawali semuanya dengan penuh bayangan.
Awalnya kuberhayal untuk mendaki gunung selesainya setelah aku menonton film
5cm bersama temanku. Pertanyaan demi pertanyaan terus bergelut dalam hatiku dan
pikiranku. Apakah aku bisa mendaki gunung? Dengan siapa aku akan mendaki
gunung? Gunung apa yang pertama kali akan aku daki? Pertanya itu menghilang
setelah teman aku mengajak aku untuk bergabung dengan teman yang lain untuk
mendaki gunung papandayan. Aku pun mempersiapakan segala sesuatu untuk
semuanya. Persiapan itu mulai dari fisik yang harus kuat dan perlengkapan yang
diharuskan harus lengkap karena aku baru pemula. Selama seminggu aku mencari
perlengkapan yang harus kubawa nanti hingga akhirnya lengkap sudah meski
beberapa proses yang kurasakan semua telah menyedot staminaku hingga lelah.
Perlengkapan dan fisikku sudah terpenuhi
begitu pun tugas kelompok yang diberikan ketua. Tinggal aku mengharuskan izin
ke orang tua asuhku sebagai orang tuaku. Yang pada awalnya aku sangat takut
untuk jujur padanya. Takutnya aku bakalan tidak diizinkan padahal aku sendiri
sangat mengharapkan semua itu terjadi. Lamanya aku berpikir dan menggebu-gebu
juga emosi ini untuk berkata sejujur-jujur mungkin. Dan ternyata setelah aku
jujur kejadian itu pun aku sama sekali tidak mengingikan. Ibu asuhku sangat
khawatir setelah mendengar penjelasan aku akan mendaki gunung papandayan
ditambah ibu asuhku pernah mendapat cerita bahwa mendaki gunung itu banyak
sekali resikonya.
Aku pun semakin resah, seresah-resah mungkin. Beradu emosi dan
pikiran seakan bersalah untuk berkata jujur padanya. Lamanya aku tidak menegur
membuat aku seakan membisu. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk berkata.
“Bunda aku sudah menggangapmu sebagai orang tua kandungku, jika aku berbohong
diri maka sama saja aku membohongi ibu kandungku yang berada disana. Jadi
kupercayakan padamu, Bunda! Bahwa kamulah yang akan membawa aku keselamatan
dalam perjalananku nanti dan kumohon untuk restumu agar aku untuk berangkat
lusa nanti. Seraya dari itu semua akhirnya aku pun disetujui olehnya. Dengan
harapan aku harus kembali dalam keadaan sehat wal afiat.
Hari demi hari
terus berganti hingga saatnya aku harus mempersiapkan semua keperluan yang
harus kubawa nanti malam. Pagi itu aku searching bagaimana mengatur barang yang
cocok ke dalam cariel dan sedikit juga mencari tentang gunung papandayan. Tapi
untungnya ada ka wisnu yang praktikum di tempat saya ditambah dia berpengalaman
soal ini. Aku pun memutuskan untuk meminta dia agar mengajariku mengatur
barang-barang dalam cariel. Selang beberapa menit lamanya aku dan ka wisnu
mengatur barang-barang ke dalam cariel tanpa terasa semua tersusun apik nan
rapih.
Tanpa disadari malam pun akhirnya datang juga. Dan tandanya aku harus
bergegas keterminal Kp. Rambutan dengan dianter bang Rohim. Sesampainya aku di
terminal Kp. Rambutan aku mencari rombonganku tapi selang beberapa kali
kumencari tak seorang pun yang menegur balik ke aku. Hingga kumemutuskan untuk
duduk di depan teras alfamart. Tanpa terasa lamanya kumenunggu teman-teman yang
lain. Sekiranya sudah hampir satu jam kumenunggu baru deh satu persatu
berdatangan kearahku. Tanpa banyak cincau, kami pun sudah naik bus yang menuju
garut dengan senangnya baru pertama kali malam-malam begini aku melakukan
perjalanan. Paling juga kalau sudah pulang ke rumah pasti sampainya malam.
Bus
pun berjalan dengan cepatnya membuat hatiku terasa kaget dibuatnya. Melaju
cepat sepertinya si sopir lupa kalau ada penumpang di dalamnya yang tertidur
lelap. Kami pun terbangun dari tidur setelah bus melaju begitu cepat dengan
tambahan belokan yang begitu tajam dan juga suara sepion yang lumayan kencang. "Semoga
tidak apa-apa", doa diriku dalam hati dan pasti penumpang dalam bus
berkata seperti itu. Bus berjalan terus berjalan hingga akhirnya sampai juga
tujuan yang direncanakan sejak awal. Kami pun mampir ke mushola untuk sejenak
istirahat sebelum sang fajar mengharuskan kami untuk beraktivitas.
Beberapa jam kemudian adzan subuh pun berkomandang hingga aku harus membersihkan diri sejenak. Selesai semuanya kami pun naik mobil ELF untuk menuju ke mobil Jep yang membawa kami ketempat mulainya kami mendaki. Disepanjang jalan kami pun bertemu dengan tiga orang yang masing-masing keduanya berusia orang dewasa dan satunya masih remaja. Perasaanku pun semakin sumringah sesaat mengetahui mencari teman dan sahabat itu mudah. Hingga total dirombongan aku berjumlah 10 orang. Yang awalnya kumengira mencari teman itu sulit sekali tapi setelah kumengenal temanku yang satu rombongan denganku begitu terasa cepat sekali mencari teman. Aku merasa beryukur dan senang bisa kenal dengannya. Semoga dilain waktu kami pun bisa diperkenankan untuk melakukan perjalanan yang indah ini. Kami pun akhirnya sampai, di tempat mulainya kami melakukan daki.
Perasaan aku
semakin menjadi-jadi. Dengan pertanya-pertanyaan yang begitu aneh jika
direncana dua kali. “Apa benar aku akan
mendaki? Apa ini mimpi?” dan ternyata semua beneran terjadi sesaat aku
melangkahkan kaki di atas batu yang begitu besar dan bergejolak. Aku melihat
paronama-paronama yang indah diatas awan dan juga segerombolan mahluk kecil
berguyuban kearah atas yang telah dicita-citakan bersama kelompoknya. Aku pun
melihat air yang begitu jernih sambil berkejar-kejaran dengan ombak. Seraya aku
pun tidak mau kalah dengan orang lain yang sudah dulu paling depan.
Aku pun
melewati belerang yang asapnya bisa menusuk napasku tapi dari semua itu
ternyata belerang itu indah sekali bila kita terus memandanginya. Kuterus
melangkahkan kaki menuju tempat yang bisa mengistirahatkan raga ini. Ditemani
matahari yang terus memanjarkan sinarnya yang begitu panas hingga tenggorokanku
terasa kering nan haus. Aku pun sejenak berhenti untuk minum. Selang aku
berhenti, aku dikejutkan dengan berbagai hal, mulai dari orang-orang yang
berkebutuhan khusus ikut mendaki gunung sampai orang yang tidak saling kenal
saling membantu satu sama lain. Hati ini seraya tergampar dengan sendirinya
setelah melihat kejadian semua itu. Aku pun bertekad untuk meneruskan perjalan
dengan penuh harapan semoga bisa bermanfaat selang diperjalan untuk orang lain.
Lamanya kami melakukan perjalanan akhirnya sampai juga ditempat peristirahatan
yang begitu sejuk. Dengan penuh banyak pepohonan dan juga segerombolan rumput
yang berwarna hijau ke hijauan. Kami pun bergegas untuk membangun sebuah tenda.
Saling berkerja sama membangun tenda dan berbagi tugas. Pekerjaan pun selesai
dengan cepatnya kami bisa istirahat sejenak sebelum mendaki kepuncaknya.
Sebelumnya kami
mendapat isu untuk tidak boleh melanjutkan pendakian sampai puncak sebab ada
tanah longsor. Semakin penasaran, kami pun memutuskan untuk melihatnya. Cuaca
yang begitu buruk tidak membuat kami untuk berhenti melangkah. Dengan sigapnya
kami terus melangkah dan terkadang juga berlari-lari. Tanpa terasa puncak pun
terlihat dan kami pun tidak juga melihat tanah yang longsor. Kami pun semakin
penasaran dibuatnya. Entah beneran longsor atau hanya sekedar dibuat-buat
longsor. Dan ternyata semua itu tidak benar setelah kami melakukan perjalan
yang begitu jauh dari tenda kami.
Longsor tanah itu tidak kami temukan hanya
cuaca mendung saja yang kami temukan. Dengan harapan semoga tidak turun hujan.
Kami pun terus melewati hutan belantara, pohon yang begitu besar dan juga
rumput liar yang begitu tinggi. Meski batang-batang pohon besar sekalipun yang
menghalangi jalan tak membuat kami berhenti untuk melewatinya. Akhirnya kami
pun melihat puncak sehingga kami semakin bersemangat untuk melanjutkan
perjalanan ini. Tanpa terasa akhirnya puncak itu pun diraih dengan pimpinan
terdepan adalah seorang wanita yang hebat.
Kami pun
istirahat sejenak di atas puncak itu, sambil menikmati pemandangan yang indah
juga menyantap coklat dan gula merah yang dibawa sebelumnya. Aku pun tak lupa
mengeluarkan pesan tulisan dari adik-adikku yang sebelum keberangkatanku menuju
sini berpesan kepada adik-adikku untuk menuliskan cita-citanya. Semakin menjadi
harapanku telah terwujud dengan berbagai cerita kesemua teman kelompokku. Dan juga
mengabadikan moment-moment itu dengan berfoto-foto. Kami pun bertemu dengan
kelompok lain yang juga sampai puncak. Saling berkenalan dan juga foto bareng.
Lagi-lagi ku di ingatkan bahwa mencari teman itu gampang sekali seraya
membangun tali silatuhrahmi yang baru nan seharunya tetap melekat.
Tanpa
lama-lama kami pun bergegas turun sebelum hujan melanda bumi ini. Selama
diperjalan turun kami pun tak lupa untuk membawa kayu bakar untuk persiapan
malam nanti. Akhirnya kami pun sampai juga di tenda. Tak lupa kami juga
mempersiapkan kompor untuk keperluan masak yang nantinya bisa disantap. Aku pun
semakin menjadi dibuatnya, berharap ini terus terjadi dalam keadaan apa pun.
Sejujurnya dalam hidup ini tak ada yang membuat aku untuk melakukan hal seperti
ini. Hingga aku merasa senang meski ada sedikit gejolak yang pastinya karena
baru awal sekali. Makan malam pun sudah siap dan kami pun tak sabar untuk
menyantapnya. Dengan lahap dalam sekecap makan malam pun telah selesai mungkin
karena melakukan perjalan jauh tadi. Kami pun memutuskan istirahat lebih awal
sebab perjalan besok akan memakan staminan yang begitu melelahkan.
Hari esok pun
telah berdatangan, menandakan kami pun harus meninggalkan tempat ini. Tanpa
kusadari hati ini seraya berat untuk meninggalkan tempat ini. Tempat yang jika
dihuni dengan orang-orang yang tak bertanggung jawab pasti akan membuat
elemen-elemen di dalam gunung papandayan seakan pasti akan mati dan menjadi
tidak seimbang. Aku pun berdo’a, semoga gunung ini terus terjaga dan terawat.
Persiapan keberangkatan menuju Jakarta pun telah siap. Sampai pada awalnya kami
berkumpul sejenak untuk berd’a. Lalu dilanjutkan untuk melangkah menuju tempat
awalnya kami memulai pendakian. Sesampainya ditempat itu kami pun melanjutkan
naik ELF dan juga berpamitan pada tiga orang yang selama perjalanan menemani
kami semua. Kami pun mulai berpisah sesaat sudah menaiki mobil ELF tapi
sebelumnya kami istirahat sejenak dan beberbesih diri di sebuah masjid.
Selang beberapa
semua sudah telah diselesaikan kami pun meneruskan perjalanan. Hingga tanpa
terasa ELF pun membawa kami dengan selamat sampai di terminal Garut. Kami pun
meneruskan perjalanan itu dengan menaiki bus arah Jakarta. Dengan cepatnya kami
pun menaikinya. Selang diperjalanan awan
pun tanpa sadar sudah kembali gelap. Dan juga ternyata tanpa sadar kami pun
harus berpisah satu sama lain. Ketika di terminal Kp. Rambutan aku pun
berpamitan kepada teman-temanku. Mengatakan jika aku ada salah selama
perjalanan maafkan aku? Baik itu kecil atau pun besar dan juga baik itu
disengaja atau pun tidak. Yang terpenting adalah terima kasih atas inspirasinya
membawa aku melihat pemandangan yang begitu indah diluar dugaanku semoga dilain
waktu kita dapat melakukannya bersama, kapan pun itu. Sekali lagi terima kasih
atas segala-galanya. Hanya sampai sini ceritaku dan dilanjutkan diepisode
berikutnya....tunggu saja ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar